seberat apapun beban masalah yang elo hadapi saat ini, percayalah bahwa semua itu tak pernah melebihi batas kemampuan elo

pengunjung

Selasa, 07 April 2015

Bibir Kamu Rasa Vanilla

Beberapa hari ini, sepertinya, Fajar kurang tidur, terlihat dari kantung matanya yang hitam legam. Ia seperti seorang  penyakitan yang seawktu-waktu kejang-kejang dan end.
Dede, sebagai sahabatnya tentu sadar akan hal yang tidak wajar pada diri Fajar.

"lo, punya masalah?" tanya Dede sambil menyodorkan secangkir teh panas.

Fajar menggeleng.

"lo, sakit?"

Lagi-lagi Fajar menggeleng.

"terus, lo, kenapa? kok keliatanya kaya zombie gitu?"

Fajar menggeleng lagi.

"apa lo, nggak bisa ngelakuin sesuatu selain menggeleng?" tanya Dede kesal.

Fajar mengangguk.

Dede makin kesal 'kalo aja bukan sahabat gue, pasti udah gue siram mukanya pake teh panas.' batinnya.

Fajar mengambil secangkir teh panas dihadapanya itu, lalu ia meminum sedikit, dan diletakan lagi secangkir teh itu di atas meja. Fajar menatap seisi ruangan kantin dengan tatapan sendu. Dede yang merasakan keanehan pada diri Fajar, hanya bisa membatin.
'jangan-jangan nih anak kepalanya kebentur lagi?'. dan kemudian Fajar mengucapkan sesuatu.
"De, gue jatuh cinta." ucapnya dengan nada datar.

Dan seketika suasana hening. Tak lama kemudian, seorang Dede Julian pingsan dengan mulut berbusa. Dan apa yang dilakukan Fajar, ia hanya menatap sahabatnya  yang tergeletak tak berdaya dilantai. Dan ia malah meneruskan acara minum tehnya. Dia  memang sahabat yang durhaka!!!.
Seorang Fajar Ibrahim jatuh cinta?. Hal yang tidak pernah terfikirkan oleh Dede.

.................................................

Tak terasa jam pelajaran terakhir telah usai. Semua murid sekolah kini sudah banyak yang keluar dari gedung sekolah untuk segera pulang menuju rumahnya masing-masing.

Dede dan Fajar berjalan keluar dari gedung sekolah. mereka terbiasa jalan kaki pulang maupun pergi kesekolah, karena rumah mereka cukup dekat dengan sekolahan itu.

Seorang gadis melambaikan tanganya kearah mereka berdua. Fajar yang melihat itu, langsung ikut melambaikan tanganya dengan antusias. Gadis itu adalah taksiranya Fajar, namanya Erza. Seketika wajah Fajar berubah ceria. Erza berjalan mendekat ke arah mereka berdua. Fajar memasang senyum termanisnya dan bagi Dede itu terlihat aneh. Erza berjalan melewati mereka berdua. Dan Fajar... 'JLEBB!!'. Erza tidak menghampirinya, tapi ternyata Erza mengahampiri temannya yang ada dibelakang mereka.
Dede hanya tertawa. Fajar langsung mencekik  leher Dede, Dede juga membalas. Mereka berdua saling cekik. Ahhhh... sungguh persahabatan yang tidak indah....

...................................................

Setelah ganti baju dan makan siang, seorang Fajar Ibrahim langsung meluncur kerumah sahabatnya, Dede. Hal yang selalu dilakukannya sepulang sekolah. Fajar dan Dede bersahabat sejak kecil. Bahkan sejak  dalam kandungan. Orang tua mereka juga bersahabat. Itulah yang membuat Fajar dan Dede sangat dekat. Tapi mereka tidak saling mencintai.

"De..?" panggil  pemuda itu pada sosok yang sedang mainin gadget barunya.

"apa?" celetuk sosok itu.

"jadi begini......"
Dan acara curhat pun dimulai...

>>>>>>>>>>>>>

"ohh.. begitu" kata Dede setelah mendengar penjelasan Fajar. "masalah nembak cewek yah.."

Fajar mengangguk.

Dede terkenal sebagai playboy cap kadal, ia sering gonta-ganti pacar. tak salah Fajar belajar ilmu nembak cewek pada kadal itu. (maksutnya si Dede)

"pertama-tama, lo ajak dia ke tempat yang romantis" kata Dede.

"kalo ke pasar malam, nggak papa kan?" tanya Fajar.

"ya, minimal kesitulah"

"abis itu?" Fajar penasaran.

"abis itu, lo gombalin dia terus elo tembak." jawab Dede.

"hah.. mati dong..?" ucap Fajar polos.

"BUKAN DI TEMBAK PAKE PISTOL BEGO!!!" Dede kesal "tapi nyatain perasan lo ke dia." lanjutnya.

Dengan merasa tak berdosa, Fajar  mengangguk lagi. Fajar memang Remaja yang cerdas, tapi soal percintaan dia Begoo!!!..

KEESOKAN HARINYA..

Jam istirahat adalah waktu yang paling di tunggu untuk menikmati udara bebas di luar kelas. tapi tidak bagi seorang Fajar Ibrahim, ia tetap berada di dalam kelas disaat teman-temanya yang lain keluar. ia malah menghampiri siswi yang sedang sibuk dengan buku matematikanya.

"ngg.... hay?" sapanya membuat gadis itu mendongakkan kepala dan menatapnya dengan tatapan 'ada apa?'.
"mmm... malem minggu ini kamu ada acara?" tanyanya dengan gelisah. Gadis itu menggeleng lemah. "kalo begitu kamu mau  nggak pergi dengan ku ke pasar malam, malam minggu ini?" tanyanya penuh harap. Gadis itu berfikir sejenak. "ayolah.." bujuk pemuda itu.

"baiklah.." ucap gadis itu malu-malu.

"YEY!!" teriak Fajar. saking senengnya, ia hampir aja joget india di hadapan Erza. Erza hanya tersenyum melihat tingkah aneh pemuda itu.

"kalo begitu, nanti malam aku akan menjemputmu.." kata Fajar.

"iya.." muka Erza memerah. Karena ini adalah kencan pertama baginya.

MALAM HARINYA DI DEPAN RUMAH ERZA..

Fajar memanggil  Erza yang masih didalam rumahnya. Tak lama kemudian gadis yang ditunggu itu pun keluar.

Erza memakai celana legging berwarna hitam dengan sepatu kets berwarna hitam juga. Dan atasannya, Erza memakai jaket hitam yang bawahannya panjang hingga 20 cm di atas lutut dengan kantung di depan. Rambut panjangnya ia ikat model ekor kuda dengan poni didepanya.

Fajar mendekat menyambut Erza. "kamu cantik sekali, Erza" sanjungnya tanpa sadar.

Pipi Erza memerah. "kamu juga, keren" Erza balas menyanjung.

Dan malam itu Fajar memakai celana jeans dengan sepatu kets dan atasannya dia memilih kaos hitam lengan panjang dengan gambar super hero kesukaanya. Captain America. Mereka berdua tampak serasi dengan baju hitam-hitamnya, persis seperti orang yang mau pergi ke acara pemakaman.

"kamu sudah izin sama papa kamu?" tanya Fajar.

Erza mengangguk "ngg... tapi aku nggak boleh pulang terlalu malam" lanjutnya.

"iya" Fajar tersenyum. " jadi kita berangkat sekarang?" tambahnya. Erza hanya mengangguk.

Mereka berjalan kaki menuju pasar malam itu. Karena jaraknya cukup dekat dari rumah Erza. Kira-kira satu kilometer. Sepanjang perjalanan, Fajar sama sekali tidak berani menggandeng tangan Erza. Ia takut sekaligus malu.

Setelah mereka sampai di pasar malem itu, Fajar langsung menarik tangan Erza menuju tempat permainan lempar boneka.

"kamu mau boneka yang mana, erza" tanya Fajar.

"ngg.. mau yang itu" jawab Erza sambil menunjuk bonekah beruang  berwarna coklat.

Fajar melempar bola yang ada ditangannya. Tapi meleset.

"yahh... meleset" gerutu Fajar. "kamu mau coba Erza" Fajar menoleh kearah Erza. Gadis itu mengangguk.

sekarang giliran Erza melempar, tapi lemparan Erza juga meleset. dia terlalu lemah untuk melempar.
"ihh.. nggak kena juga.." ucapnya dengan manja. Fajar hanya tersenyum.

"sekarang giliran aku" ucap pemuda itu bersemangat. Fajar melempar , kali ini lemparanya tepat sasaran.
"YEY!!.." mereka berdua bersorak. Tanpa sadar mereka berpelukan.

"ini mas, mbak, bonekanya.. selamat yah.." kata petugas permainan itu mengagetkan mereka berdua yang masih berpelukan. Mereka buru-buru melepas pelukan. Kemudian mereka saling pandang. wajah mereka sama-sama memerah. "HELLO!!... ini bonekanya jadi nggak?" cetus petugas itu mengagetkan mereka kembali.

"ehh.. ee... iya" Erza mengambil bonekah itu. "makasih ya.." lanjut Erza pada petugas itu. Erza memeluk erat boneka beruang yang agak gede itu. sebuah senyum mengembang dari bibirnya.

Melihat wahana Rumah Hantu, Fajar tersenyum jail. "Erza, ikut aku" Wajah Erza memucat waktu membaca papan nama tempat itu. 'Rumah Hantu' Fajar menarik lagi tangan Erza hingga mereka masuk ke tempat itu.

Mereka berdua sudah berada di dalam kegelapan, pintu masuk pun tak lagi terlihat. Fajar tersenyum jail, sambil berjalan meninggalkan Erza yang kemudian menjerit memanggil nama Fajar. Dan akhirnya Erza berlari menyusul pemuda itu. Erza mendekap erat lengan Fajar dan sesekali memeluk tubuh pemuda itu. Fajar hanya senyum-senyum.

Setelah beberapa jeritan dan teriakan, mereka berhasil keluar dari tempat mengerikan itu.

"kamu suka nggak?" tanya Fajar. Gadis itu menggembungkan pipinya dan menggeleng. Fajar tertawa. "kamu tau nggak, kenapa aku ninggalin kamu tadi?" tanya pemuda itu.

"mmm.. kenapa?" tatap Erza penasaran.

"karena aku pengen di peluk sama kamu" jawab Fajar. kemudian ia tersenyum.

"ihh.. apa'an sih" pipi Erza memerah.

Fajar kembali menarik tangan Erza menuju atraksi terdekat, Kincir angin raksasa. Erza kembali pasrah ikut masuk kedalam kabin yang hanya berisi mereka berdua. Ide ini tak cukup buruk, di puncak, mereka bisa lihat pemandangan yang jarang mereka lihat. sawah,sungai, perkomplekan rumah, hingga gunung dan lautan bisa dilihat dari atas sana. Fajar tersenyum melihat Erza yang terpesona dengan keindahan alam itu.

"kamu suka, Erza?" tanya Fajar. Gadis itu menoleh, bibirnya mengembangkan senyum bahagia, ia mengangguk antusias dan kembali menatap pemandangan luas di luar sana.

Dan mereka pun turun dengan wajah bahagia.
"kamu tunggu disini yah." pinta Fajar. Erza hanya mengangguk.

Tak lama kemudian, Fajar kembali dengan membawa dua cup eskrim di tangannya.
"Erza" panggilnya. Erza menoleh. "aku membelikanmu ini" Fajar menyodorkan es krim yang dibelinya. Erza mengambil eskrim yang disodorkan Fajar.

"Vanilla?" tanya Erza.

"kamu suka Vanilla kan?" Fajar membuka tutup Eskrim coklatnya.

Erza mengangguk. "kamu tau Eskrim kesukaanku" ucapnya malu-malu.

Fajar hanya tersenyum.

Dua cup es krim yang isinya telah berpindah, kini dibuang ketempat sampah..

"terima kasih" ucap Erza malu-malu.

"kembali kasih, Erza" Fajar tersenyum. "hmm.. kamu tau, apa persamaan kamu sama es krim itu?"  Fajar coba ngegombal.

"ngg.. apa persamaanya..?" Erza balik bertanya.

"kalian berdua sama-sama manis.." ucap Fajar malu-malu.

Semburat merah mewarnai pipi kedua Remaja itu.

"be.. benarkah?" tanya gadis itu penuh harap. Matanya tepat menatap mata Fajar.Fajar balas menatap mata Erza. dan mata mereka bertemu.

Fajar meraih dan mengenggam kedua tangan Erza.  "Erza" panggilnya.

"iya" jawab gadis itu lembut.

"ngg.. aaku sayang sama kamu" Fajar menatap tepat mata Erza. "ka..kamu mau nggak ja.. jadian sa-sama aku." tambahnya dengan gugup.
Fajar benar-benar menyatakan perasaanya pada Erza.

Erza kaget, kemudian ia menunduk "aku akan jadi gadis terbodoh jika menolak  kamu" ucapnya pelan. Pipinya memerah.

Fajar tersentak mendengar ucapan Erza. "jadi itu artinya.." tanyanya penasaran.

"aku mau" jawab Erza. Pipinya kini semakin memerah.

Fajar benar-benar kaget dengan jawaban Erza. perasa'an cinta yang selama ini ia pendam kini terbalas. Badanya tidak bisa digerakan, bibirnya benar-benar kaku. Ia hanya terpaku menatap Erza.

"Fajar" panggil Erza. Fajar masih terpaku, tak satupun kata keluar dari bibirnya. Erza tersenyum melihat tingkah aneh seorang Fajar Ibrahim.

Kemudian Erza mendekatkan wajahnya ke wajah Fajar. Dengan sedikit jinjit, kini bibir Erza sejajar dengan bibir Fajar. ia menekan lembut bibirnya di bibir Fajar. Agak lama kemudian, Erza melepaskan ciumanya. Erza tersenyum malu-malu. Pipinya sangat merah.

"bibir kamu rasa Vanilla" ucap Fajar setengah sadar.

"bibir kamu juga, rasa Coklat" timpal Erza malu-malu.

dan kemudian mereka saling berpelukan.

END